Minimnya pasokan cabai rawit ke sejumlah pasar tradisional di Kota Pekanbaru Provinsi Riau menyebabkan harga bahan kebutuhan pangan itu kian mahal dari biasanya.
"Biasanya
cabai rawit paling mahal Rp20 ribu hingga Rp25 ribu per kilogram,
namuns sejak dua hari ini naik menjadi Rp30 ribu per kilogramnya," kata
Reindy Rudagi, seorang warga Pekanbaru.
Sejumlah
pedagang mengakui mahalnya harga cabai rawit tersebut disebabkan jalur
distribusi yang tersendat hingga menyebabkan minimnya pasokan. "Cabai
rawit saat ini memang lebih mahal harganya dari pada harga cabe pada
biasanya. Saya menjual cabai rawit perkilonya Rp30.000 sedangkan cabai
merah dan hijau Rp16.000 per kilonya," kata Ani, pedagang pengecer yang
membuka lapak di Pasar Dupa Pekanbaru.
Menurut
dia, mahalnya harga cabai rawit di bandingkan dengan cabai merah dan
hijau telah terjadi sejak beberapa hari terakhir, harga ini memang sudah
mahal dari para pengepul cabai dan sayur-sayur para petani lokal. "Penjualan
cabai rawit memang tidak banyak bila di bandingkan dengan cabai biasa,
akan tetapi cabai rawit ini banyak dicari oleh para pedagang gorengan,"
katanya.
Rata-rata penjulan cabai rawit per harinya oleh para pedagang di Pasar Dupa hanya berkisaran 16 kilogram (kg) per harinya. Sedangkan
untuk penjualan cebai merah dan hijau yang rata-rata merupakan hasil
pertanian luar daerah, para pedagang bisa menjualnya lebih dari 60 kg
per hari. Kepala Dinas Perindustrian
dan Perdagangan (Disperindag) Pekanbaru Elsyabrina mengatakan sejauh ini
pihaknya belum mendapatkan laporan terkait mahalnya harga cabai rawit. "Namun
yang pasti, kenaikan harga cabai rawit tidak akan mempengaruhi
kebutuhan pokok masyarakat lainnya. Khususnya untuk produk pangan
strategis seperti beras dan minyak goreng," katanya.
SUMBER
SUMBER
0 comments:
Posting Komentar